Dalam kehidupan kita yang semakin sibuk ini, kita sering kali terjebak dalam rutinitas harian, mengutamakan kepentingan diri sendiri, dan mengabaikan pentingnya hubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Namun, ajaran Sayyidah Fatimah az-Zahra, yang dengan sederhana namun mendalam mengutamakan tetangga dalam doa dan perhatian, mengingatkan kita kembali akan pentingnya spirit bertetangga yang tulus dan penuh kasih.

Seperti yang ditunjukkan oleh ucapan beliau, “Al-Jār, tsumma ad-Dār,” Sayyidah Fatimah mengajarkan kepada kita bahwa kebahagiaan tidak hanya terletak pada kenyamanan rumah kita sendiri, tetapi juga pada keharmonisan hubungan kita dengan mereka yang tinggal di sekitar kita. Sebuah masyarakat yang baik adalah masyarakat yang saling peduli dan saling mendukung. Kebaikan yang kita berikan kepada tetangga kita, dalam bentuk doa, pertolongan, atau sekadar perhatian, akan kembali kepada kita dengan berlipat ganda.

Riwayat tentang Bertetangga dari Ahlul Bait

Bertepatan dengan ajaran Sayyidah Fatimah, para Imam Ahlul Bait juga selalu mengingatkan umat tentang pentingnya bertetangga dengan baik. Imam Ali bin Abi Thalib as, dalam salah satu wasiatnya, menyatakan:

“Allah, Allah tentang tetangga kalian! Sesungguhnya mereka adalah amanah Nabi kalian. Beliau terus-menerus mewasiatkan tentang mereka, sampai-sampai kami mengira bahwa mereka akan mendapatkan bagian warisan.”
(Nahjul Balaghah, Wasiat Imam Ali as)

Imam Ali as mengingatkan kita bahwa tetangga adalah bagian integral dari kehidupan kita, dan mereka berhak mendapatkan perhatian yang layak, hampir setara dengan hak seorang keluarga. Begitu juga dengan Imam Ja’far as-Shadiq as yang mengajarkan bahwa berbuat baik kepada tetangga adalah salah satu tanda sejati keimanan.

“Berbuat baiklah kepada tetangga kalian, niscaya kalian menjadi Muslim sejati.”
(Al-Kafi, Juz 2, hlm 666)

Bertetangga dalam Kehidupan Sehari-hari

Tidak hanya dalam ajaran agama, konsep bertetangga juga sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari kita. Hidup bertetangga yang baik bukan hanya soal memberi bantuan fisik, tetapi juga menciptakan lingkungan yang penuh dengan ketulusan, saling menghormati, dan menjaga hak-hak orang lain. Kita mungkin tidak tahu bahwa dalam memberi sedikit perhatian, berbagi kebahagiaan, atau meringankan beban orang lain, kita sedang membangun hubungan yang kokoh yang akan membawa keberkahan bagi diri kita dan masyarakat.

Mungkin di sekitar kita ada tetangga yang sedang membutuhkan bantuan, baik itu dalam bentuk materi maupun sekadar kata-kata penyemangat. Mungkin ada tetangga yang kesepian, atau yang sedang menghadapi kesulitan. Dengan menerapkan ajaran Sayyidah Fatimah untuk mendahulukan tetangga, kita turut menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan yang lebih luas. Semangat berbagi ini tidak hanya mempererat hubungan antarmanusia, tetapi juga menumbuhkan rasa saling memiliki yang kuat dalam komunitas.

Penutup: Spirit Bertetangga yang Berkelanjutan

“Al-Jār, tsumma ad-Dār” bukan sekadar sebuah kalimat yang kita baca atau dengar. Ini adalah ajaran hidup yang harus kita amalkan setiap hari. Di tengah dunia yang semakin individualistis, mari kita kembalikan nilai bertetangga sebagai bagian penting dari cara kita berinteraksi dengan sesama. Dengan memperhatikan tetangga, kita tidak hanya berbuat baik kepada orang lain, tetapi juga memperbaiki diri kita sendiri dan menjadikan dunia ini tempat yang lebih penuh kasih sayang dan perdamaian.

Dengan meneladani Sayyidah Fatimah az-Zahra, mari kita hidupkan spirit bertetangga dalam setiap langkah kita. Mulailah dari rumah kita, dari tetangga terdekat, dan mari kita sebarkan kasih sayang itu untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh kedamaian. Al-Jār, tsumma ad-Dār. Tetangga dahulu, baru kemudian rumah. Sebuah ajaran yang akan terus membawa kebaikan dan keberkahan dalam kehidupan kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *