Hari ini Jumat 26 Syawal 1446 H/25 April 2025 insya Allah kami dan keluarga akan memindahkan makam Ayahanda saya Soejoso bin Soepardi Soerodidjojo dari Surabaya ke Lawang. Ke sebelah makam Ibunda saya Setyaningsih binti Roestamadji. Suatu hal yang terasa amat berat di hati saya.
Ada berbagai kegiatan yang harus dipersiapkan dan dilakukan. Di samping itu, saya masih bekerja seperti biasa. Dua hari lalu, sepulang saya dari luar kota, putri saya mengatakan bahwa ada seorang Sayyid muda yang sangat ingin bersilaturahim bersama keluarganya ke saya. Sudah lama sekali ingin bersilaturahim. Istri Sayyid ini adalah teman putri saya waktu kuliah di Masyhad.
Keluarga yang mulia ini akhirnya berkenan memberkahi majelis doa Kumayl sekaligus majelis ziarah pada Ayahanda sebagai bagian dari adab permohonan ijin pada Ayahanda untuk memindah makam Ayahanda yang akan dimulai hari ini. Majelis doa Kumayl tadi malam dilaksanakan di rumah saya. Yang hadir cukup banyak , mayoritas anak, menantu, cucu, cucu menantu dan cucu buyut dari Ayahanda.
Selesai majelis doa Kumayl, pada saat ramah tamah; Sayyid muda ini mulai bercerita lebar. Kisahnya sangat menarik.
Pada saat kira2 10 sd 15 tahun lalu saat masih kuliah, Sayyid muda ini pernah tergoncang dalam pencarian. Diawali dengan membaca Sirrush Shalah karya Sayyid Ruhullah Al Musawi (Imam Khomeini). Sebuah karya yang sungguh sangat pelik; dan dipenuhi rahasia spiritual.
Pada saat Beliau tergoncang, Beliau bertemu dengan seorang pengamal tashawwuf. Pengamal tashawwuf ini secara lahiriah mengamalkan fikih Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Dan menurut cerita Beliau, Ahli Tashawwuf ini memiliki kewaskitaan (semacam kasysyaf). Murid-murid di Jama’ah pengajiannya sering menjadi saksi kekasysyafannya ; misal dengan mengetahui berbagai permasalahan yang akan ditanyakan tanpa sempat ditanyakan secara lisan.
Di antara kisah-kisah yang Sayyid mulia ini kisahkan kepada saya tadi malam tentang Sang Ahli Tashawwuf ini sebagai berikut.
Sang Ahli Tashawwuf ini pernah diminta gurunya untuk khalwat. Tujuan khalwatnya adalah agar dikenalkanNya dengan Wali Zaman ini. Setelah khalwat sekian lama, Sang Ahli Tashawwuf ini diberi mimpi. Dalam mimpi itu ada kereta yang sampai ke stasiun. Dan turun dari mimpi itu Sang Wali Zaman ini yakni Imam Khomeini. Dan , menakjubkan, orang yang menuntun Imam Khomeini turun di depannya adalah Allahyarham Ustadz Jalal (KH. Jalaluddin Rakhmat).
Menakjubkan… Subhanallah.
Di rumah Ahli Tashawwuf tersebut ada koleksi buku-buku Ustadz Jalal. Dan ada gambar besar Imam Khomeini. Dan sembari, Sang Ahli Tashawwuf ini tetap shalat dengan cara Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Walaupun , kisang Sayyid mulia ini, tempat sujudnya biasanya tidak di sajadah; tapi di lantai.
Sayyid mulia ini pernah disuruh membaca buku oleh Sang Ahli Tashawwuf ini ; yang berjudul Elixir of Love . Menurut Sang Ahli Tashawwuf ini, buku ini adalah tentang seorang wali. Siapa wali tersebut? Rajab ‘Ali Al Khoyyath. Seorang wali dari tanah Persia. Bukan dari kalangan ulama; namun orang biasa. Namun penulis buku tersebut tidak tanggung-tanggung. Allahyarham Ayatullah Muhammad Reysyahri, ahli hadis, penulis kitab Mizan Al Hikmah, yang juga murid Ayatullah Muhammad Taqi Behjat.
Demikian, kisah panjang lebar yang demikian indah .
Ada jejak cinta Allahyarham Imam Khomeini dan Allahyarham Ustadzna Jalaluddin Rakhmat yang kita rindukan ; dari penyaksian seseorang yang secara formal bukanlah bermahzab Ahlul Bait.
Di penghujung silaturahim tadi malam, saya tergelitik untuk bertanya. Siapakah nama Sang Ahli Tashawwuf tersebut?
Sayyid mulia ini menjawab, “ … menyebutkan namanya”. Saya terkejut. Mengapa? Saya langsung menjawab,” Yaa Allah/Subhanallah , Saya kenal dengan Sang Ahli Tashawwuf ini. Beliau adalah Ustadz yang saya ceritakan dalam Majelis Ilmu Kumaylan tadi. Pada saat Ayahanda saya wafat, setelahnya, saya bersilaturahim ke Sang Ahli Tashawwuf yang saat itu tinggal di Kawasan Wisma Permai Surabaya (masih tetangga satu masjid dengan Almarhum Ayahanda/Ibunda saya di Surabaya). Saya tanya pada Beliau; Ustadz, Ayahanda Ketika wafat (di Hari Jumat pagi 27 Syawal, 10 Desember 2004, sekitar pkl 4.30 pagi) nampaknya tidak ada kesakitan sakaratul maut sama sekali. Hanya sedikit batuk. …. Mengapa demikian mudah , Ustadz? Kata Ustadz Sang Ahli Tashawwuf ini , “ Apakah Ayahanda orangnya “loma (bahasa Jawa; artinya dermawan))?” Saya jawab, “ Itu benar Ustadz. Ayahanda sangat dermawan.”
Kisah ini saya ceritakan ulang di Majelis Kumaylan tadi malam tanpa menyebut nama Ustadznya.
Dan betapa terkejutnya saya Ketika di ujung ramah tamah setelah Kumaylan tadi malam, Sayyid mulia tersebut mengemukakan bahwa Sang Ahli Tashawwuf yang dikenalkan dengan Wali Zaman Ini setelah khalwat (Yaitu Imam Khomeini dan yang menuntun di depannya adalah Ustadz Jalal), adalah Sang Ahli Tashawwuf ini juga. Subhanallah walhamdulillah wa laailaaha illallahu wallahu akbar. Allahumma sholli ‘ ala Muhammad wa ali Muhammad.
Bahkan Sang Ahli.Tashawwuf dan murid2nya ini yang menghadiri majelis Tahlil Ayahanda saat wafat 2004 ini dulu. Dan pada tahlilan di salah satu hari dari 7 hari tersebut, Ustadzna Allahyarham Ustadz Jalal bertakziyah dan mengisi majelis ilmunya.
Pada tahun tersebut Sayyid mulia yang tadi malam ke rumah saya baru berusia sekitar 11 tahun dan belum belajar ke Sang Ahli Tashawwuf. Beliau mulai belajar ke Sang Ahli Tashawwuf kira sepuluh tahun setelah itu.
Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallahu wallahu akbar. Walhamdulillahi robbil ‘ alamin ‘ ala kulli ni’amin. Allahumma sholli ‘ ala Sayyidina Muhammad wa ali Sayyidina Muhammad.
Beroleh jejak-jejak cinta Allahyarhamhum Imam Khomeini, Ustadz Jalal, Sang Ahl Tashawwuf, Eyang Yoso di Majelis Doa dan Kumaylan menjelang pemindahan makam Eyang Yoso dengan cara yang demikian indah dan menakjubkan sungguh merupakan nikmat tak terkira dariNya.
Maka pagi ini , Subuh terasa semakin indah; dan bermunculanlah bunga-bunga cinta. Pagi ini saya akan berziarah ke Ayahanda tercinta di Surabaya; dan mohon ijin pada Beliau untuk memindahkan makam Beliau ke sebelah Ibunda tercinta….
Moga cinta berbalas Cinta
Dan bunga menebar Wangi
Hingga jiwa demi jiwa bergabung
“ Wa man shalaha min abaa’ihim wa azwaajihim wa dzurriyyatihim”
Shalawat !
(Di tulis sepanjang perjalanan Whoosh menuju Halim, 25 April 2025, pkl 07.50)